2 tahun menjelang dan semua orang berbahagia

Kamis, 31 Desember 2009

0 komentar
Mungkin kita semua ingat dengan betapa hebohnya fenomena film 2012 sekitar 1 bulan yang lalu? dimana isu kiamat yang akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 menjadi suatu hal yang sangat ramai dibicarakan disana-sini dan menimbulkan kontroversi serta kecemasan di masyarakat. Bahkan reaksi keras pun bermunculan di masyarakat, seperti terjadinya 'pengharaman' terhadap film 2012, dan juga sejumlah liputan eksklusif di televisi lokal yang ramai-ramai memberitakan perihal ramalan dari suku Maya tersebut.

Penggambaran kiamat di film itu memang mengerikan, terlepas dari kualitas efek visual murahan yang sangat kontras dengan yang dipakai di Avatar, terang saja menimbulkan kecemasan. Ditambah lagi justifikasi dari pembuktian ilmu pengetahuan bahwa badai matahari yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya kiamat tersebut memang benar adanya terjadi dan akan mencapai puncak aktivitasnya pada tahun 2012. Sontak masyarakat pun dilanda kecemasan mengenai bagaimana nasib umat manusia di tahun 2012 nanti, dan turut pula beramai-ramai instansi pemerintah terkait berusaha setengah mati lewat media televisi menenangkan masyarakat dengan berdalih bahwa badai matahari hanya akan berdampak pada transmisi siaran radio semata dan tidak akan menimbulkan efek sedahsyat di film itu.

Tapi masyarakat malah tetap asik menakuti diri mereka sendiri dengan membeli Buku Kiamat 2012 di toko buku.

Hal yang menarik justru terjadi di malam pergantian tahun kemarin. Di tengah badai kontroversi serta kecemasan mengenai bagaimana nanti nasib umat manusia di tahun 2012, masyarakat justru tetap asik berpesta pora merayakan pergantian tahun, yang seharusnya bagi mereka yang 'mengimani' kisah 2012 itu dengan kecemasan merasa bahwa waktunya kian dekat, lalu kenapa mereka masih bisa bergembira menghadapi sesuatu yang kian dekat?

Saya bukan orang yang begitu peduli dengan hal itu, kenapa karena saya meyakini kiamat pasti akan datang, cepat atau lambat, dan ketika itu terjadi maka terjadilah, tidak ada yang dapat kita lakukan. Namun buat sebagian besar masyarakat umum yang meyakini kebenaran 2012 itu, bukankah euforia tahun baru ini menjadi suatu moment yang kontradiktif dengan 'keimanan' mereka terhadap apa yang akan terjadi 2 tahun mendatang?

Ini sangat menarik dan sangat perlu dipantau, apakah euforia tahun baru juga akan terjadi di pergantian tahun 2011 ke 2012? Apakah kecemasan masyarakat mengenai ramalan 2012 sifatnya musiman dan hanya tersulut karena film dengan efek visual murahan tersebut, dan rasa cemas serta ketakutan tersebut akan pudar seiring hilangnya film tersebut dari peredaran?

Kita lihat saja 2 tahun lagi..

Toilet dan tiket kereta

Selasa, 29 Desember 2009

0 komentar
kemarin siang saya bertolak ke kota kembang Bandung, mengunjungi si Gentong* yang sedang mengumpulkan tugas akhirnya semester ini, sekalian bermaksud menjemputnya pulang untuk liburan tahun baru ini.

Seperti yang tentunya kita sama-sama ketahui, ada sejumlah alternatif kendaraan untuk bertolak ke kota kembang itu sekarang, tidak lagi terbatas pada kereta api saja seperti ketika belum adanya ruas tol cipularang yang terkenal karena sering anjloknya itu. Maka muncul sejumlah opsi kendaraan yang saya gunakan untuk pergi ke Bandung siang itu,

1. Mobil Pribadi (si volvo ciamik B 8154 ZC)
Tentunya opsi ini adalah yang paling nyaman, tidak perlu repot-repot berpikir bagaimana bepergian nanti di kota bandung sana, dan tentunya bisa seenak jidat menentukan jadwal keberangkatan, mau mampir dimana dulu dan hak-hak preogratif lainnya yang tidak akan ditemukan di opsi lain. Meskipun begitu, pilihan ini tidak rasional secara biaya, mengingat konsumsi bensin si volvo ciamik yang 1 berbanding 4, which means untuk menempuh jarak ke Bandung yang kurang lebih 120 km, dia akan menghabiskan sekitar 30 liter bensin, dikalikan 4500 menjadi sekitar Rp 135.000,- untuk sekali jalan. Belum ditambah tol sekitar 40.000 dan bensin selagi berputar-putar di dalam kota Bandung yang pada akhirnya saya bisa mengeluarkan Rp 400.000 - Rp 500.000 sendiri untuk transport, padahal keadaan ekonomi pribadi sedang berat mengingat akhir bulan. Akhirnya opsi ini pun saya coret.

2. Travel (si X-Trans Pancoran)
Ini opsi yg lumayan nyaman sebenarnya, dengan waktu tempuh normal sekitar 2,5 jam dan biaya tiket sekitar 70 ribu sekali jalan, maka ini opsi yang realistis dari segi biaya. Kelemahan dari opsi ini adalah bahwa ini adalah holiday season yang berarti ruas cipularang pastinya macet berat dan yang paling penting adalah absennya fitur toilet di moda transportasi ini, padahal hari itu entah kenapa hasrat untuk menuruti panggilan alam sedang gencar-gencarnya. Atas pertimbangan itu akhirnya opsi ini pun turut dicoret.

3. Kereta (Parahyangan dan Argo Gede)
Pilihan yang paling klasik. Moda transportasi ini sebenarnya sudah banyak ditinggalkan orang tapi karena paling realistis dari segi biaya dan disediakannya fitur toilet di dalam kendaraan maka akhirnya saya pun memilih memaki transportasi ini. Waktu tempuhnya lebih panjang 30 menit dibandingkan travel, tapi yang pasti bebas macet karena tidak melewati ruas cipularang (ya iyalah).

Dengan bermodal uang 60 ribu rupiah, saya kemudian membeli tiket kereta Argo Gede yang berangkat pukul 11.42. Sekitar 30 menit saya menunggu dan tepat pukul 11.42 kereta Argo ini pun segera meluncur menuju kota Bandung dari stasiun Jatinegara. Wow, hebat sekali akhirnya ada juga transportasi umum di Indonesia yang tepat waktu, tidak seperti transportasi umum pada umumnya.

Sekitar 40 menit perjalanan, alam pun memanggil saya untuk menuntaskan hasrat yang terpendam di toilet terdekat. Pada awalnya tidak berharap banyak sebenarnya dengan toilet di kereta karena ada ratusan penumpang per harinya, saya tidak berharap akan toilet yang bersih, yaa setidaknya bekas-bekas produk buangan manusianya sudah tersapu bersih lah.

Lagi-lagi saya tercengang, wow! Toilet Argo Gede yang saya naiki adalah toilet kereta paling bersih yang pernah saya kunjungi seumur hidup saya. Saya sampai terharu, akhirnya ada juga toilet umum yang bersih di Indonesia raya ini. Lantainya bersih, tidak bau (bahkan wangi seperti habis disemprot pewangi ruangan), perkakas toiletnya pun lengkap dari tissue sampai kaca! Saya sampai betah berlama-lama di dalam toilet kereta itu!

Namun hal yang kontras kemudian saya rasakan saat perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta. Kali ini saya tidak naik Argo Gede, tapi naik Parahyangan kelas eksekutif. Dengan harga tiketnya yang terpaut 10 ribu rupiah saja (Argo Gede 60 ribu, Parahyangan Eksekutif 50 ribu), saat baru menaiki kereta atmosfer yang jauh berbeda dengan Argo terasa sekali. Gerbongnya terasa kumuh dan kotor, ditambah bau-bau tidak sedap. Apalagi toiletnya yang kemudian saya hanya bisa komentari,

"Akhirnya ketemu juga toilet yang Indonesia banget!"

Kotor, jorok, bau dan menjijikkan.

Kenapa ya hanya gara-gara harga tiket yang terpaut 10 ribu saja toiletnya bisa sebegitu kontrasnya? Apakah sesulit itu memelihara kebersihan toilet umum?

Gara-gara melihat kondisi toilet made in Indonesia itu pun, saya mengurungkan niat untuk menuntaskan hasrat terpendam yang sudah tertahan sekian lama di dalam perut. Mungkin 10 ribu beda harga Argo dan Parahyangan memang ditujukan untuk maintenance toiletnya kali ya? 

90 minutes of circus

Senin, 14 Desember 2009

0 komentar
Lampu tembak bersinar menyorot kemana-mana nampak terlihat dari depan pagar menuju ke daerah Barel samping kampus UI sejak beberapa minggu belakangan ini.

Ada apa ya disana?

Mendengar dari mulut ke mulut, ternyata sedang ada pertunjukan sirkus di daerah Margonda sana, sekitar samping Margonda Residence yang terkenal dengan kisah Ryan si penjagal itu.

Sirkus? Wow!

Selama ini saya cuma tahu sirkus dari film saja, that's it. Suatu kesempatan yang langka dan mungkin once in a lifetime karena tidak pernah sepanjang 20 tahun, hampir 21 tahun saya hidup pernah mendengar bahwa ada pertunjukan sirkus, setidaknya di daerah sekitar tempat saya beraktivitas. Kalaupun ada, paling sekedar sirkus-sirkusan, bagian dari pasar malam yang biasanya digelar di tempat-tempat yang tidak terduga, dan bukannya sirkus keliling yang memang benar-benar menyelenggarakan acara sirkus seperti yang saya sering lihat di film-film.

Pertunjukannya sendiri dimulai pukul 19.30, tapi dari sekitar pukul 17.00 antrean tiket masuk sirkus sudah luar biasa panjang, begitu pula orang-orang yang berkumpul disekitar situ, dari calon penonton, petugas keamanan sirkus, pedagang makanan sampai tukang parkir makin menyesaki pelataran tempat loket yang sempit.

Bersama Dinda Sarasannisa, saya mengantre loket yang tidak kunjung buka sampai sekitar setengah jam lamanya. Meskipun harga tiket lumayan mahal (untuk yang kelas 1 sekitar 35ribu), saya tetap maju tak gentar, kapan lagi bisa lihat sirkus?

Setelah sekitar 30 menit mengantre dengan penuh kesabaran, sambil berdesak-desakan dan kepanasan bersama ratusan orang lainnya, akhirnya saya mendapatkan tiket itu, finally!

Masuk ke arena sirkus, saya merasa tempat ini benar-benar seperti yang tergambar di film-film, penuh dengan tenda kerucut garis-garis warna-warni, tiang-tiang tinggi tempat aksi akrobat dan tentunya kandang tempat binatang-binatang pertunjukan. Wow! Pengalaman yang luar biasa buat saya..

Dengan durasi sekitar 90 menit, saya disuguhi berbagai atraksi, dari anjing pudel sampai dengan atraksi harimau, dari atraksi balet di udara hingga aksi bersepeda dengan 10 orang. Aksi akrobatiknya pun luar biasa mengagumkan.

Yaa, mungkin ini juga karena saya gak pernah liat yang begitu waktu kecil :)

Tapi saya merasa 35rb yang saya keluarkan benar-benar worth it, suatu pengalaman yang belum tentu bisa saya dapatkan lagi, meski nanti sudah tua. What an experience!



Indonesiakan English

Minggu, 13 Desember 2009

3 komentar
Familiarkah Anda semua dengan kata-kata berikut?

1. online
2. tweet
3. download / upload

Pastinya kata-kata di atas merupakan kata-kata yang sangat lazim kita tulis, ucapkan atau setidaknya dengar di sekitar kita seperti,

"woy, online dong nanti malam. gue mau tanya-tanya materi ujian besok"

oke, meskipun kalimat di atas bukan kalimat baku bahasa Indonesia, tapi ada satu kata asing yang menyasar ke kalimat bahasa indonesia percakapan itu yaitu kata online.

Berikutnya, familiarkah Anda dengan kata-kata berikut?

1. Daring
2. Berkicau
3. Unduh / Unggah

Pastinya kata Daring merupakan kata yang paling tidak familiar di telinga kita. Apa hubungan kata Daring dengan penjelasan kalimat di atas?

Online dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata Daring.

coba sekarang kita masukkan kosakata yang tidak familiar itu ke dalam kalimat yang tadi kita bahas,

"woy, daring dong nanti malam. gue mau tanya-tanya materi ujian besok"

Terdengar janggal bukan? Ya memang janggal.

Lantas, apa yang salah? Padanan kata di Bahasa Indonesia-nya kah? Ataukah memang karena kita telah terbiasa menggunakan kata-kata asing dalam keseharian kita?

Membingungkan juga.

Tidak hanya itu, jika kita memperhatikan padanan kata tweet, bagi kita yang suka menggunakan twitter, bahwa arti kata tweet dalam bahasa Indonesia memang berkicau.

Secara filosofis dalam penggunaan layanan jejaring sosial twitter, makna berkicau memang tidak salah karena twitter memang merupakan layanan jejaring sosial yang mengajak para penggunanya untuk "berkicau", tetapi seiring penggunaan twitter oleh masyarakat Indonesia yang semakin tinggi, bukankah seharusnya kita sudah mulai berpikir mengenai apakah padanan kata tweet yang paling tepat dalam konteks tweet dalam twitter.

Kembali ke masalah daring tadi. Mengapa kemudian kata-kata ini sangat tidak familiar di telinga kita? Karena pemerintah sendiri sebagai pihak yang seharusnya melakukan sosialisasi kosakata baru ini kepada masyarakat juga urung menggunakan kosakata baru ini.

Buktinya?

Coba buka www.jembranakab.go.id yaitu sebuah situs pemerintah kabupaten/kota Jembrana yang terletak di Pulau Bali. Kemudian cermati judul dari web tersebut, dan apa yang akan kita temui?

Jembrana Online.

Ya betapa disayangkan memang bahwa penggunaan kata ini bahkan belum familiar di kalangan pemerintahan itu sendiri. Bahkan yang lebih parah lagi, apabila Anda membuka pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ yang memakai judul web Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, kemudian coba Anda masukkan kata kunci Daring dalam kotak pencarian, maka kata Daring tidak akan Anda temukan dalam KBBI tersebut.

Aneh ya?

Saya bukanlah ahli bahasa, tapi memang padanan kata dan penggunaan istilah baru yang tidak familiar di telinga kita dalam usahan Indonesianisasi Bahasa Inggris saya rasa harus lebih disosialisasikan lagi. Kalau tidak, jangan salahkan kami generasi muda kalau kita suka memakai bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia :)

Lonely Saturday Night Activities

Sabtu, 12 Desember 2009

0 komentar
It wasn't that bad at all, seriously!

Awalnya saya berpikir, malam minggu sendirian di rumah? Suatu hal yang hampir tidak pernah saya lalui selama beberapa waktu belakangan ini. Entah itu karena kesibukan akibat ada tugas atau pekerjaan yang harus saya lakuan di luar, ataupun sekedar keluar untuk merasakan gegap gempita malam minggu di pusat-pusat keramaian di sekitar Jakarta.

Tapi hari ini saya memutuskan untuk stay di rumah dan menikmati malam minggu saya seorang diri. Bukan tanpa alasan juga sebenarnya, tapi ini juga dikarenakan badan saya yang kurang fit hari ini sehingga akhirnya memaksa saya untuk mengurungkan niat bepergian keluar.

Sekitar jam 7, saya mulai gelisah. Seharian di rumah tanpa ada pekerjaan yang jelas kecuali menimbun lemak dengan berbagai makanan sambil menonton televisi membuat saya bosan. Maka mulailah saya bergerak untuk mencari kesibukan.

Berikut beberapa contoh kesibukan yang saya lakukan di malam minggu ini,


Kesibukan #1 : Mencari Osim Slimming Belt
Mengingat perut saya yang semakin membuncit belakangan ini akibat pola makan yang tidak terkontrol, saya mulai berpikir untuk menggunakan alat yang selama ini saya hina-dina penggunaannya karena saya anggap suatu alat yang membuat orang menjadi malas.

Yaa, tapi apa boleh buat, tidak ada waktu untuk berolahraga belakangan ini.

Mulailah saya membongkar isi lemari ibu saya, berharap menemukan barang ini, barang yang sebenarnya milik ibu saya. Mencari kesana kemari dan berusaha menemukan alat ini dan akhirnya saya temukan.

Sensasi pertama memakainya, wow! Saya langsung menggunakannya selama sepuluh menit (seperti yang dianjurkan dalam manual book) dengan turut juga mengaktifkan fitur pemanas yang katanya bisa menambah efektifitas alat tersebut untuk membakar lemak di perut.

Wow, ini sepertinya bisa jadi cara yg ampuh untuk melumerkan timbunan lemak saya :P





Kesibukan #2 Mulai Angkat Barbel
Setelah disibukkan dengan memakai Osim Slimming Belt, saya kemudian kembali ke sofa ruang tengah dan menyalakan televisi yang ternyata sedang menayangkan Terminator 2 : Judgement Day. Tentunya kita semua tahu siapa yang jadi Terminator disitu, yap Arnold Schwarzenegger. Entah kenapa melihat dia saya merasa minder dengan diri saya.

Badan saya < Badan Arnold







Tidak bisa terima dengan kenyataan itu, saya pun buru-buru ambil barbel di kamar dan membawanya ke ruang tengah. Sembari menonton Terminator, saya pun mengangkat barbel seberat 8 kilogram, berharap pada saatnya nanti,

Badan saya > Badan Arnold

ya atau setidaknya,

Badan saya = Badan Arnold


Yaa itulah beberapa kesibukan saya di malam minggu ini, tentunya banyak lagi kesibukan yang lain di malam ini yang entah mengapa membuat saya menikmati malam minggu ini dengan ceria :) Ternyata malam minggu sendirian itu menyenangkan juga, sepertinya saya harus coba lagi kapan-kapan.

Internship Program for this holiday!

Selasa, 08 Desember 2009

0 komentar
Akhirnya setelah sekian lama gak membuat posting baru, saya kembali terdorong untuk kembali memulai..

Tinggal 2 minggu menuju akhir semester 5, 2 minggu menuju akhir (sementara) dari semua deraan tugas dan kewajiban-kewajiban akademis. Akhirnya...

Tapi tidak hanya itu yang saya pikirkan (tentunya selain pikiran bagaimana menghadapi UAS yang sangat kejam seminggu lagi), yaitu pikiran apa yang akan saya lakukan selama liburan semester nanti yang akan saya jalani sekitar 1,5 bulan itu? Apa yang saya akan kerjakan di waktu kosong selama itu?

Harus produktif.

Itu yang menjadi prasyarat pertama mengenai apapun yang akan saya kerjakan di liburan semester ini. Tidak boleh lagi bermalas-malasan dan cuma menghabiskan uang dengan kegiatan hura-hura bersama teman-teman, tapi harus mulai berpikir sesuatu yang lebih produktif. Sesuatu yang menghasilkan. Tidak harus berupa uang, tp bisa juga menghasilkan pengalaman-pengalaman yang akan berguna bagi saya ke depannya.

Pertanyaan berikutnya adalah, kegiatan produktif macam apa?

Magang, itulah satu-satunya yang terlintas di pikiran saya. Saya harus magang liburan ini, sudah terlalu lama rasanya rencana itu selalu tertunda karena adanya semester pendek, proyek-proyek pekerjaan kecil-kecilan bersama teman dan lain-lain, tapi sekarang saya sudah mantap, apapun dan dimanapun saya harus magang demi mendapat pengalaman di dunia kerja yang sebenarnya.

Saya sangat tertarik untuk mencoba magang di advertising agency karena memang itu tujuan akhir saya dalam berkarir nantinya. Mencoba mencari info kesana kemari, saya menemukan list beberapa agency yang kira-kira memungkinkan untuk saya magang pada liburan ini, dan mulai besok, saya akan memulai bergeriliya untuk mengirimkan resume kepada agency yang ada di list tersebut. Saya harus siap, untuk memulai lembaran pengalaman baru dalam hidup saya di dunia kerja.

Semoga harapan saya untuk magang pada liburan ini tidak tertunda lagi, dan ada agency yang mau menerima saya :)

Experiences help people to achieve something greater than he had before

Gabrielle - Out of Reach, a song that stuck in my mind lately...

Rabu, 25 November 2009

0 komentar
Gabrielle - Out of Reach

Knew the signs wasn't right
I was stupid, for a while
Swept away, by you
And now I feel like a fool

So confused
My heart's bruised
Was I ever loved by you?

Out of reach, so far
I never had your heart
Out of reach, couldn't see
We were never mean to be

Catch myself, from despair
I could drown if I stay here
Keeping busy, everyday
I know I will be okay

So much hurt, so much pain
Takes a while to regain
What is lost inside
And I hope that in time
You'll be out of my mind
I'll be over you

Out of reach, so far,
You never gave your heart
In my reach, I can see
There's a life out there for me

This song stuck in my mind lately, mellow? maybe. But I do love this song, because it shows desperation that I feel lately about my love life. Confusion, and desperation mixed up in my mind and I just couldn't know how to make you realize about that.

Sometimes I feel you are so out of reach, and I don't know how to make you satisfy and understand that I love you so much. Have I ever get your heart?

Dan tidak semua teman adalah sahabat...

Senin, 23 November 2009

0 komentar
Life lesson #1
"Tidak semua orang tulus bersahabat dengan kita"

Sebuah pelajaran yang berarti saya dapatkan sore ini ketika sedang berbincang-bincang ringan di sepanjang jalan pulang dari Depok dengan Dinda Sarasannisa, sahabat sekaligus partner terbaik saya.

Mengapa?

Hmmm, tidak begitu etis sebenarnya untuk membahas alasannya disini karena sifatnya yang personal tapi yang jelas hal tersebut kemudian menjadi kesimpulan utama pembicaraan kami sepanjang jalan. Menyadarkan saya juga bahwa sekian banyak teman yang ada di sekitar kita, sebegitu sedikit yang akhirnya menjadi sahabat kita dan hanya 1-2 orang saja yang tulus menyayangi dan memperhatikan kita.

Perbincangan kami semakin menarik, mengingat hal serupa dalam konteks yang berbeda juga pernah terjadi pada diri saya. Dimana mereka yang mengaku sebagai teman sedemikian cepat menghilangnya dari kehidupan saya, tanpa saya pernah tahu kemana mereka pergi. Dimana mereka para teman yang tadinya mengaku peduli dan menyayangi kita, tiba-tiba berbalik menghadap ke belakang seraya melontarkan kata-kata yang mengundang permusuhan. Dari teman menjadi lawan.

Namun, saya kemudian menyadari bahwa itulah saat dimana seleksi alam terjadi, yang menunjukkan dan membukakan mata kita pada fakta bahwa tidak semua teman adalah sahabat, dan tidak semua sahabat menawarkan persahabatan yang tulus. Di situlah kita dapat melihat, siapa yang benar-benar merupakan sahabat bagi kita, dan siapa yang hanya profit oriented dalam memandang sebuah persahabatan. Dengan begitu kita akan mendapatkan suatu kualitas hubungan persahabatan yang lebih baik, dan lebih berarti, yang bisa memberikan manfaat bagi kita tanpa harus kita mengharapkan manfaat dari mereka. Karena itulah sahabat yang sesungguhnya, persahabatan yang memberikan hal-hal positif seiring dengan ketulusan yang diberikan darinya kepada kita, tanpa harus kita meminta ataupun berharap hal tersebut dari mereka.





Dan saya kemudian menemukan bahwa disekitar saya, sedikit dari mereka yang bisa saya katakan sebagai sahabat yang sesungguhnya. Dan saya bersyukur, meskipun hanya sedikit dari mereka, tp mereka memberikan arti pada hidup saya dengan selalu ada di sekitar saya, di kala senang dan susah.

Terimakasih sahabat...

*dedicated buat sahabat-sahabat gw di luar sana yang menawarkan persahabatan yang tulus. Terutama untuk sahabat terbaik gw, Dinda Sarasannisa dan Adhika Paramartha :)

Catatan dari Citra Pariwara

Minggu, 22 November 2009

0 komentar
Berangkat dari optimisme yang besar (atau malah berlebihan?), saya dan partner kerja saya melangkahkan kaki ke Hotel Century senin siang itu. Menatap seminggu ke depan dengan tatapan cerah akan pengharapan sebuah pengalaman besar dalam hidup kami.

Ya, seminggu lalu saya bersama partner saya mengikuti workshop, seminar dan penugasan akhir lomba iklan paling bergengsi se-antero negeri, Citra Pariwara. Setelah berkompetisi dengan 121 peserta lainnya yang kemudian disusutkan menjadi 10 peserta saja, kini saatnya kami untuk berkompetisi di ronde terakhir, mencari 3 terbaik di antara kami bersepuluh.

Pikiran untuk masuk ke dalam jajaran 3 besar, apalagi menjadi yang terdepan dan pergi ke Thailand sebagai pemenang tidak pernah terlintas di pikiran saya semenjak nama saya dan partner saya diumumkan menjadi finalis lomba. Buat saya bisa merasakan pengalaman menjadi finalis lomba paling bergengsi untuk mahasiswa periklanan se-Indonesia saja sudah merupakan hal yang patut disyukuri. Terlebih mengingat bahwa saya samasekali belum pernah mengikuti lomba-lomba serupa di lingkup yang lebih kecil.

Dengan pikiran yang tanpa beban tersebut, saya mengikuti tahapan demi tahapan yang harus dilalui oleh tiap finalis sampai akhirnya ke tahapan yang paling menantang di minggu itu, PEMBAGIAN BRIEF TUGAS AKHIR.

Setelah sekian lama dan berulang kali membaca tiap paragraf di brief yang diberikan juri, saya dan partner saya masih saja merasa stuck tanpa ide apapun. Mood yang tidak juga kunjung datang untuk mendapatkan ide yang cukup brilliant untuk dieksekusi membuat saya pusing sendiri. Di tengah kepusingan itu, saya memutuskan untuk pergi ke toko stationary di lantai 3 Plaza Senayan, sambil mengkondisikan pikiran saya agar lebih fresh dan tidak terkunci dalam kepenatan ruang sempit dan penuh asap di Coffee Bean.

Pada saat itulah saya mencoba sambil mengamati gerak-gerik kehidupan manusia (walaupun hanya dalam konteks yang sempit), dan tiba-tiba di saat itu pula mindset saya yang membuat pikiran saya tanpa beban menghadapi kompetisi tahap terakhir ini menjadi berubah 180 derajat. Sederhana saja sebenarnya alasan mengapa hal itu terjadi, saya melihat 2 toko dengan produk sejenis yang berdiri berderet, yang satu dengan suatu bentuk pencitraan yang cukup menarik dan yang satu lagi, tanpa pencitraan yang jelas. Hasilnya? Jelas, yang memakai pencitraan menarik lebih ramai dikunjungi orang. Itulah yang membuat saya kemudian merubah mindset saya menjadi,

There is no room for a loser

Itu yang tiba-tiba muncul di kepala saya dalam perjalanan menuju toko stationary di lantai 3 Plaza Senayan. Perubahan mindset saya ini membawa keberuntungan dan kesialan. Keberuntungan karena kemudian membawa saya pada sebuah ide, kesialan karena ide tersebut muncul didasarkan pada sebuah ambisi yang berlebihan, keterburu-buruan, kecerobohan akan minimnya analisa dan pembantahan terhadap segala kontra argumen pada ide tersebut secara menggebu-gebu dan tanpa perhitungan. Berbeda dengan di saat ide yang dulu muncul (ide #mimpiku di tahap penyisihan) yang didasarkan pada ketenangan berpikir, diskusi dan brainstorming yang terarah, serta adanya suatu analisa ide yang sistematis mengenai kelebihan dan kekurangan ide tersebut.

Ambisi berlebihan itu kemudian membuat saya menjadi tidak tenang, mendorong saya ke arah yang salah dalam melakukan eksekusi dan kemudian menghasilkan karya yang samasekali di luar ekspektasi para juri. Itulah yang saya sadari pasca malam penganugerahan.

Hasilnya? Seperti yang kemudian saya duga, kami kalah.

Ini sangat mengecewakan buat saya, karena ambisi saya kelewat besar pada saat penugasan dan akhirnya membuat saya menyalahkan diri sendiri akan inkapabilitas saya dalam mengontrol keadaan pikiran saya agar tetap tenang dan fokus pada brief dan bukan pada hasil akhirnya dulu.

Kemudian, 2 hari berselang setelah malam penganugerahan dan saya masih merasa kecewa. Namun lalu saya berpikir bahwa, inkapabilitas saya tersebut memang sesuatu yang mengecewakan, tapi toh memang semua orang punya waktunya masing-masing, jika saya kalah kemarin masih akan ada sederet kompetisi lainnya yang mungkin bisa saya coba.

Kekecewaan saya masih tersisa tapi selebihnya malah sekarang berubah menjadi optimisme, bahwa akan ada Caraka di Mei 2010 dan Pinasthika di September 2010. Sesuatu yang harus saya nantikan dengan optimisme dan fokus yang tinggi agar saya bisa menang dalam kompetisi-kompetisi tersebut.

Seperti kata Confucius "Our Greatest Glory is not in never falling, but in rising every time we fall".

dan kini saya bisa melengkapi mindset saya tadi menjadi,

There is no room for a loser. But if you lose there will be a hundred rooms more for you in the future, if you're not drowned in your own fall.

Saatnya menatap ke depan dengan penuh optimisme, selamat bertemu di kompetisi selanjutnya :)


awarding night citra pariwara, 20th of November 2009 at The Hall, Senayan City