Rumah Dara (Macabre) : Projecteren Onsterfelijk Slang (Serpentif Immortales)

Jumat, 22 Januari 2010

18 komentar
Lesson that I've learned from Rumah Dara (Macabre) :
Don't you ever help strangers! Even if they were hot like Imelda Therine...





Plot cerita yang dibangun oleh Mo Brothers di Rumah Dara sebenarnya cukup sederhana dan umum kita temui di banyak film serupa di Hollywood. Film dengan genre slasher ini pasti akan mengingatkan kita dengan sejumlah judul film-film Hollywood macam Texas Chainsaw Massacre, Saw dan lain sebagainya.

Rumah Dara sendiri merupakan versi panjang dari film Dara yang juga dibesut oleh Mo Brothers. Film Dara sebelumnya merupakan salah satu dari 6 film pendek yang masuk dalam kompilasi Film Takut yang rilis pada tahun 2007 yang lalu.



Hal yang menarik adalah latar belakang pembunuhan yang dilakukan oleh Dara dan anak-anaknya, dan hal tersebut meskipun sangat sedikit disinggung di sepanjang durasi film, menjadi kunci utama untuk memahami latar belakang cerita besutan Mo Brothers ini.




Cerita awalnya sebenarnya cukup sederhana, diawali dengan 6 orang yang berencana pulang dari Bandung ke Jakarta, terpaksa menunda kepulangan mereka saat bertemu dengan Maya (Imelda Therine). Maya yang mengaku dirampok meminta bantuan kepada mereka untuk diantarkan pulang. Mereka berenam pun akhirnya "mampir" untuk mengantarkan Maya pulang ke rumahnya.

Singkat cerita, sesampainya di rumah, Maya pun mengajak keenamnya untuk turun sebentar dan menemui ibunya yang akan membalas kebaikan mereka yang telah mengantarkannya pulang Maya dengan menjamu mereka makan malam. Disitulah mereka akhirnya berkenalan dengan ibunda dari Maya, Dara (Shareefa Daanish), dan kakaknya, Adam (Arifin C. Putra).

Namun, jamuan makan malam itu malah berbuah petaka. Setelah mereka semua menyantap makan malam, mereka mulai merasakan keanehan, dan seketika itu pula pembantaian dimulai. Mereka dibantai satu per satu dengan cara yang sadis dan kejam, banjir darah pun terjadi malam itu.

Malam itu, semua tidak akan baik-baik saja.

Setelah menyaksikan film Rumah Dara, masih tersimpan sejumlah pertanyaan mengenai latar belakang pembunuhan yang ternyata merupakan twist yang cukup menarik di film ini seperti saya sebutkan di atas. Penjelasan mengenai mengapa pembantaian tersebut dilakukan sangat sedikit di film itu, saya pun akhirnya mencari informasi mengenai latar belakang tersebut.

Bagi yang sudah menyaksikan Rumah Dara mungkin kita akan ingat bagian dimana polisi datang ke Rumah Dara dan tanpa sengaja menyalakan proyektor tua dan melihat foto para anggota keluarga di rumah tersebut dan melihat keterangan tahun foto tersebut yang cukup aneh, misalnya Dara 1889, Alam 1917 dan lain sebagainya. Tentunya kita bertanya-tanya, mana mungkin Dara yang seharusnya sudah berusia lebih dari seratus tahun itu masih bisa nampak begitu muda?

Kita mungkin ingat bahwa di bagian awal dari film yang muncul di proyektor tersebut tertulis tulisan "Projecteren Onsterfelijk Slang" atau yang kalau diartikan ke bahasa Indonesia dengan artian yang seadanya adalah "Memproyeksikan Ular Abadi". Kalau mungkin kita masih bingung, bisa juga dilihat webnya www.rumahdara.com/flash/home.html yang pada loading screen-nya ada gambar ular yang membentuk lingkaran dengan tulisan "Serpentif Immortales".




Saya pun mencari informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut dan menemukan fakta yang cukup menarik di www.unique-design.net/library/myth/serpent.html dan www.piney.com/serpentworship.html bahwa lambang yang ada di website Rumah Dara tersebut adalah lambang Ouroboros yang merupakan lambang ular sebagai simbolisasi keabadian, dimana the end is my beginning. Jika dikaitkan dengan Rumah Dara, maka dapat diartikan bahwa Dara dan anak-anaknya mengkonsumsi daging para korbannya agar tetap dapat hidup abadi.

Ini bagian yang cukup menarik yang menurut saya sangat disayangkan tidak begitu diekspos di film Rumah Dara itu sendiri, yang tentunya akan menambah rasa mencekam dari film tersebut. Pemujaan Dara terhadap Ular Abadi tersebut saya simpulkan sebagai alasan dibalik pembantaian dan bagaimana mereka berempat dapat hidup abadi. Sayang sekali ya penjelasan mengenai ini hanya muncul beberapa saat saja di pertengahan film.

Namun overall Rumah Dara merupakan salah satu film Indonesia yang luar biasa bagus! Efek visual yang dibuat oleh Infinite Frameworks luar biasa! Menambah rasa ngeri dari film ini, dan setting yang dibangun, dari latar belakang tempat, wardrobe dan make up semuanya luar biasa! Ceritanya lumayan unik untuk ukuran film Indonesia, dan ini adalah salah satu film yg saya sangat rekomendasikan untuk ditonton :)

Average = less attention

Selasa, 19 Januari 2010

9 komentar
Mungkin sudah cukup terlambat ya buat saya membahas topik yang mungkin beberapa minggu belakangan lumayan hangat dan ramai dibicarakan di berbagai macam situs jejaring sosial. Sebuah topik yang sebenarnya tidak begitu penting-penting amat untuk dibahas, tapi ya mungkin kalo gak dibahas uneg-uneg dalam hati yang kesal, muak, jijik, heran dan bingung gak bisa dikeluarkan juga, jadi akhirnya jejaring sosial dipakai sebagai alat pemuas segala komentar-komentar miring tentang topik ini.

Ya, benar sekali topik yang saya bahas adalah iklan Tori Cheese Crackers!

Untuk yang lupa atau belum tahu wujud iklannya, berikut sekilas iklannya



Dari iklan yang punya durasi hanya sekitar 15 detik ini dan berisi full repetisi dari nama produknya, kemudian memancing berbagai nada miring, menghujat bahkan ada yang mengaitkannya sebagai bentuk plagiarisme terhadap salah satu karya iklan di luar negeri (sumber : thread kaskus)

First Impression saya melihat iklan ini adalah,
"Iklan macam apa ini? Murahan amat.."

Dan itu merupakan opini yang serupa diucapkan oleh ribuan, puluhan ribu atau malah jutaan masyarakat Indonesia lainnya yang juga melihat iklan ini di televisi.

But, wait...

Did I say millions of people?


Wow! Kalau begitu, terlepas dari seberapa murahannya iklan ini, objective dasar yaitu meningkatkan awareness masyarakat terhadap keberadaan produk ini sebenarnya sudah cukup berhasil. Terlepas bagaimana orang-orang menanggapinya, baik menghujat ataupun memuji, iklan ini berhasil menyadarkan masyarakat bahwa di pasaran sana ada sebuah produk bernama "Tori Cheese Crackers"!

Ini juga ditambah dengan strategi yang digunakan yaitu repetisi nama produk di sepanjang durasi iklan, yang tentunya akan menambah keampuhan iklan ini menanamkan image produknya di kepala konsumen yang menyaksikan iklan ini.

Sebenarnya bisa saja ini merupakan strategi si pembuat iklan dalam membangun awareness para konsumennya terhadap produk "Tori Cheese Crackers". Di tengah gempuran iklan (televisi utamanya) yang demikian banyak per harinya, tentunya sedikit sekali iklan yang akan benar-benar diingat oleh para konsumen yang menyaksikan iklan di televisi. Hanya akan ada 2 jenis iklan yang diingat oleh para konsumen, yaitu iklan yang luar biasa bagus, dan iklan yang luar biasa jelek.

Membuat iklan yang luar biasa bagus merupakan pekerjaan yang luar biasa sulit, banyak orang yang terjebak dalam usahanya sendiri dan kemudian akhirnya hanya bisa membuat iklan yang average yang tentunya juga seperti saya bilang sebelumnya, get less attention. Untuk itulah sebenarnya strategi membuat iklan yang luar biasa jelek seperti yang ada di iklan "Tori Cheese Crackers" bisa menjadi strategi yang ampuh dalam menjaring awareness dari khalayak yang menonton iklan. Karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya, hanya iklan yang luar biasa bagus dan luar biasa jelek yang diingat oleh khalayak, iklan yang dalam level average akan dilupakan begitu saja.

Kita mungkin ingat dengan kasus serupa beberapa waktu yang lalu, yaitu kasus iklan "Roncar" dan "Tje Fuk" yang sama-sama ramai dibicarakan, dihina dan dihujat di berbagai media jejaring sosial karena dinilai "sangat jelek". Namun harus diakui iklan-iklan tersebut bahkan masih membekas hingga sekarang. Terlepas dari apakah kemudian iklan tersebut ampuh dalam mendongkrak tingkat penjualan, tapi dalam soal penanaman brand image dan awareness dari khalayak, iklan-iklan tersebut sangat ampuh, buktinya kita pasti masih mengingat bagaimana kakunya talent yang dipakai dalam Iklan Roncar, dan betapa standarnya jalan cerita iklan yang dibuat.





Strategi seperti yang digunakan oleh "Tori Cheese Cracker" saya rasa sah-sah saja, toh iklan memang dibuat untuk menarik perhatian khalayak dalam mempromosikan produk, dan pembuat iklan tidak selamanya award-minded. Kebutuhan pemasaran produk yang dibatasi oleh budget tertentu mendorong para pekerja iklan untuk kreatif dalam memasarkan produk yang ada, dan mungkin cara inilah salah satu yang paling ampuh.

1 year from now..

0 komentar
I'm not ready yet to be an adult, gosh!

Ya itulah yang saya rasakan ketika perlahan-lahan membaca dengan seksama jajaran transkrip mata kuliah sisa yang harus saya selesaikan di semester 6 dan semester 7. Dari total 144 sks yang harus dituntaskan para akademisi muda S1, saya sudah menyelesaikan 114 sks, yang berarti kurang 30 sks lagi untuk membawa gelar S.Sos di belakang nama saya. Semester 6 ini, saya akan menyelesaikan 21 sks, yang berarti pada semester 7 besok tinggal melunasi 1 mata kuliah yang bernilai 3 sks dan skripsi yang bernilai 6 sks dan kemudian...

berpindahlah saya menjadi orang dewasa yang seutuhnya..

dimana tidak ada lagi hambur-hambur uang seenaknya (karena setiap perak yang dikeluarkan adalah hasil keringat sendiri)
dimana tidak ada lagi bisa bangun siang dan telat sesuka hati (karena bisa dipecat kalau perangainya begini)
dimana tidak ada lagi acara nongkrong-nongkrong pulang kuliah (karena pulang kerja pasti capek dan langsung tidur, belum lagi ditambah tumpukan deadline pekerjaan dan keharusan menghadapi traffic yang menggila setiap hari)

dan ini semua pun belum lagi ditambah ketakutan yang paling membuat sengsara :
BAGAIMANA KALO SAYA TIDAK DAPAT PEKERJAAN??

kenapa ya belakangan ini hidup jadi terasa cepat sekali?
sepertinya baru kemarin euphoria berjaket kuning saya rasakan, dimana saya turut berperan serta menggaungkan lagu genderang UI di balairung sambil memakai jaket kuning kebanggaan saya (yang sekarang malah sudah hilang entah kemana, ironis...)
sepertinya baru kemarin saya mengambil mata kuliah pengantar ilmu komunikasi
sepertinya baru kemarin saya berkumpul dengan teman-teman untuk rapat angkatan di danau UI

dan sekarang, sudah tinggal beberapa langkah lagi dan itu semua akan jadi kenangan...

2 semester lagi dan saya akan menjadi manusia yang bertanggung jawab pada hidup saya seutuhnya, manusia dewasa yang seutuhnya.
sejujurnya saya belum siap untuk itu, masih ingin rasanya menghabiskan waktu bersantai-santai dan menikmati segala kemudahan sebagai seorang 'anak-anak', tapi rasanya semua itu tak terelakkan juga, toh pada akhirnya waktu itu akan datang, cepat atau lambat.

saya punya waktu kurang dari 1 tahun untuk menyelesaikan masa bermain saya.
saya punya waktu kurang dari 1 tahun untuk menuntaskan studi saya.
dan saya punya waktu kurang dari 1 tahun untuk menjadi dewasa.

semoga saya siap pada waktunya!
1 year countdown starts from now...