Sang Penunggu Angkutan

Senin, 10 Januari 2011

10 komentar
"Dan akhirnya tibalah saya di perhentian berikutnya, ikut turun bersama 30 orang lainnya yang juga menumpangi bus yang sama dalam perjalanan selama 3,5 tahun ini. Meninggalkan 60 orang lainnya yang belum juga sampai di perhentian yang dituju."


Dalam perjalanan selama 3,5 tahun ini, awalnya sebagai penumpang yang baru menaiki bus ini tidak saling menyapa, saling sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mereka yang naik dengan bergerombol kemudian sibuk dengan gerombolannya masing-masing, meninggalkan mereka yang sendirian di pojok bus, membaca buku sendirian sembari mendengarkan musik lewat earphone di telinga mereka.

Namun seiring perjalanan yang terus berlanjut, menghadapi kemacetan yang membosankan, jalanan berkelok-kelok yang panjang, atau bahkan jalan tol yang lurus menjemukan, kami pun kemudian mulai saling bertegur sapa. Menyadari bahwa kita adalah penumpang dengan nasib yang sama, merasakan perjalanan ini dengan satu rasa yang sama. Mereka yang awalnya bergerombol mulai memecah diri, berbicara dan bertegur sapa dengan mereka yang sedang asyik membaca buku sendirian di pojok.

Mereka yang naik bis ini dari halte "Jakarta", "Jogja", "Bandung" atau bahkan "Luar Jawa" sekalipun mulai bercampur satu sama lain. Tapi ah, semua itu kemudian hanya berjalan sementara. Bus yang luas ini kemudian akhirnya menciptakan gerombolan-gerombolan baru yang menempati pojok kursinya masing-masing. Tapi ya sudahlah, mungkin memang harusnya begitu. Saya pun kemudian memilih gerombolan yang duduk di kursi pojok kanan depan yang kami beri nama pojokan "iklan".

Di tengah perjalanan yang kian mengasyikkan bersama gerombolan ini, tiba-tiba sang kondektur bus menyampaikan pesan kalau bus akan segera tiba di Halte "Lulusan 2007, Tahun Akademik 2010". Hal tersebut kemudian membuat sebagian dari kami resah. Ada yang kemudian dengan mantap mengambil kopernya di laci atas tempat duduk dan bersiap turun, ada juga yang masih ragu-ragu untuk menurunkan koper.

Ketika bus akhirnya benar-benar berhenti di halte tersebut, mereka yang sudah menurunkan kopernya dan bersiap turun ada yang langsung bergegas turun. Ada pula sebagian yang turun dengan ragu-ragu, dan ada pula yang batal turun, mengembalikan kopernya ke laci atas tempat duduk dan kembali menempati kursinya untuk ikut dalam perjalanan bus ini menuju pemberhentian berikutnya, Halte "Lulusan 2007, Tahun Akademik 2011".

Terhitung 30 orang lebih yang akhirnya turun dari bus, sebagian dengan senyum lebar, ada yang dengan muka muram dan bahkan ada yang terisak tangis. Kini kita meninggalkan 60 orang lainnya yang memutuskan untuk meneruskan perjalanan dengan bis yang sama menuju pemberhentian berikutnya. Meninggalkan perjalanan yang selama 3,5 tahun ini memberikan banyak pengalaman dan pelajaran, tentang banyak hal, tentang hidup dan mungkin bagi sebagian dari mereka, tentang cinta. Kini para penumpang itu berpisah di halte, sebagian saling berpelukan, sebagiannya lagi berjabat tangan tanda berpisah. Para 60 penumpang itu pun kemudian kembali menaiki bus tersebut, dan bus itu perlahan berjalan menjauh. Sedih? Itulah hidup. People come and go, but memories stay.

Ah, tidak terasa perjalanan itu akhirnya berakhir di sini. Perjalanan yang panjang, dan kadang terasa sulit dan menjemukan itu akhirnya menemukan ujungnya bagi saya dan 30 orang lainnya di sini, di halte ini. Tentu kita berharap suatu saat nanti kita akan bertemu dalam bis lain yang sama, mungkin tidak dengan semua, tapi dengan sebagian dari mereka yang sangat berarti buat kita di selama perjalanan ini.

Ada sebagian dari kami yang kemudian buru-buru menaiki bus berikutnya yang lewat di halte ini, bus dengan jurusan "dunia kerja". Ada juga, termasuk saya yang masih menunggu bus yang tepat untuk mengangkut saya. Sebagian lain malah masih asyik sendiri, menikmati pemandangan di halte, berbelanja di pedagang asongan, atau malah sekedar tidur-tiduran saja di halte. Ya, inilah di saat istilah everyman for himself mulai berlaku. Kita kini bertanggung jawab sepenuhnya pada diri sendiri akan apa yang kita lakukan di halte tersebut. Mau buru-buru naik bus berikutnya, atau asyik tidur-tiduran di halte dengan resiko ketinggalan bus. Semua terserah masing-masing. Karena jika kemudian kita kehabisan uang untuk membeli nasi bungkus di warung sebelah halte sementara kita ketinggalan bus, nihil orang yang akan membantu kita di sini.

Saya sendiri masih menunggu. Menunggu bus yang tepat dan mau mengangkut saya dalam perjalanan mereka. Beberapa bus banyak yang lewat, sebagian tidak mau berhenti untuk saya, sebagian lagi berhenti, namun ternyata tujuannya tidak tepat untuk rencana perjalanan saya.

Semoga bus yang tepat untuk saya akan segera datang...



*tulisan ini saya dedikasikan untuk semua sahabat-sahabat saya di komunikasi UI 2007, it's been a great great great journey all along with you guys. Wishing you for a greater life ahead, hope we'll meet again someday in the REAL LIFE :)